Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Mei 2011

Bab 2 PERJALANAN DI MULAI



PERJALANAN DI MULAI
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dulu menyatu, kemudian kami pisahkan antara keduanya ; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air ; maka mengapa mereka tidak beriman ? {Al-Anbiyaa [21]:30}
Dari kandungannya, kami menyimpulkan bahwa ayat ini memperingatkan orang kafir karena mengabaikan mukjizat yang sudah nyata. Hujah pokok kalangan ateis adalah bahwa materi tidak memiliki awalan dan bahwa materilah yang menciptakan semuanya, baik mahkluk hidup maupun benda mati, secara kebetulan. Teori Big Bang berlawanan dengan pernyataan mendasar ateis karena teori tersebut menganggap bahwa alam semesta dan waktu memiliki awalan. “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui …..?” merupakan pernyataan eksplisit. Dan sebagaimana tersirat dalam ayat ini, fakta bahwa langit dan bumi dalam keadaan bersatu sebelum keduanya dipisahkan, adalah sesuatu yang memang dapat diterima oleh pikiran manusia. Tahun 1900-an adalah masa ketika temuan–temuan ilmiah saling menyusul. Pada tahun-tahun itu, ebagian orang berusaha untuk menunjukkan pertentangan antara sains dan agama. Tatkala tingkah laku mereka dimanjakan oleh kemakmuran akibat revolusi indstri, kesombonganlah yang membuat mereka memberhalalkan materi, berani mengganti Allah dengan materi. Kenyataan bahwa materi diciptakan – bahwa ia memiliki awalan – sebagaimana terbukti lewat teori Big Bang, adalah pukulan bagi orang-orang kafir. Kalimat penutup dari ayat diatas, “Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?” sangat jelas, sejarah menguatkan kebenaran ini dan orang-orang kafir tetap menyangkal walau bukti telah ditunjukkan.
Meskipun demikian, argumen ayat ini menentang dalil kaum kafir tentang materi yang kekal dan memaksa mereka untuk beriman. Kebenaran yang telah diterima sebagai kenyataan 1.300 tahun setelah diturunkannya Al-Qur’an ini adalah peringatan lain terhadap golongan kafir. Dalam sejarah, tiada Tuhan selain Allah, yang mengatakan lewat Al-Qur’an, bahwa alam semesta mengembang dan bahwa langit dan bumi telah dipisahkan. Yunani kuno, Abad Pertengahan, Zaman Modern, Plato, Thales – kesemuanya yang telah mencoba menjelaskan fenomena alam dalam kerangka alami – juga pemikir besar dunia seperti Ptolomeus, Copernicus, Kepler, dan Kant, tidak satupun yang percaya pada pandangan bahwa alam semesta mengembang dan pada kenyataan bahwa sebelum penciptaan, langit dan bumi merupakan kesatuan tak terpisah. Tanpa perlengkapan canggih abad ke-20 untuk membantu mereka, tanpa semua kumpulan data ilmiah, semua filsuf dan ahli fisika ternama ini gagal mengungkapkan data tersebut. Sang Pencipta jagat raya ini menyampaikan fakta penting tentang ciptaan-Nya dalam kitab-Nya dan menjelaskan tentang benda-benda langit, dengan it juga membuktikan bahwa Al-Qur’anadalah firman-Nya. Allah menyingkapkan kepada manusia bukti-bukti penciptaan-Nya, ciptaan yang berawal dari satu titik dan manusia berada di titik lain. Penting dicatat bahwa didalam ayat ini , “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui ….?” Dia meramalkan kekeraskepalaan orang-orang kafir : “Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?” Einstein pun mengatakan bahwa yang membuatnya lebih takjub adalah kemenyeluruhan temuan-temuannya tentang alam semesta, daripada temuan itu sendiri. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menekankan kenyataan bahwa fenomena ini pada kenyataannya berada didalam cakupan kapasitas mental manusia.
Bersambung ke :: RADIASI LATAR BELAKANG KOSMIK



SUMBER :
Taslaman, Caner. Miracle Of The Qur’an. Turki : Nettleberyy / Citlembik Publications, 2006.
Keajaiban Al-Qur’an mengungkap penemuan – penemuan Ilmiah Modern.
Halaman : 37-38

Bab 1 ALAM SEMESTA TERUS MENGEMBANG




Bab 1

ALAM SEMESTA TERUS MENGEMBANG

Dan langit kami bangun dengan kekuasaaan (Kami), dan Kami benar- benar meluaskannya. {QS. Al-Dzariyat [51]:47}

Apakah alam semesta tak berbatas? Atau ia berbatas dan dalam keadaaan tetap? Dari dulu sekali, ini sudah menjadi bahan perdebatan para pemikir besar. Perdebatan panas dan berbagai jenis penalaran gagal menyelesaikan dilema ini. Permasalahan ini pernah menjadi subjek spekulasi filsafat sebelum mendapatkan tempatnya didalam khazanah ilmu fisika. Sebagian pemikir besar berpendapat bahwa alam semesta bukanlah ruang berbatas, sementara yang lain menyatakan bahwa batas-batasnya sudah ada. Al-qur’an menggambarkannya sebagai jagat raya yang terus mengembang dan dinamis. Menurut gambaran Al-qur’an, alam semesta setiap saat mempunyai aspek baru yang menyimpang dari konsep ruang tak berbatas ; pengembangannya yang terus-menerus menolak konsep jagat raya berbatas dan keadaan tetap. Jadi, Al-qur’an mengajukan alternatif ketiga, menghentikan kontroversi panas para pemikir.

Fakta ini mungkin memberikan kontribusi dalam pembuatan keputusan para pemikir yang terus mencari jawaban, menyelidiki apakah Al-qur’an merupakan firman Tuhan atau bukan. Kita memiliki, disatu pihak, Muhammad di gurun, yang bukan ahli filsafat bukan pula ahli fisika, di pihak lain, asumsi-asumsi dari para pemikir dan filusuf besar seperti Aristoteles, Ptolemeus, Giordano Bruno, Galileo Galilei, dan Issac Newton. Mereka hanyalah beberapa contoh pemikir terbesar dalam sejarah. Mereka mendasarkan argumen pada observasi dan rumus-rumus yang mereka turunkan dengan pintarnya, menyatakan bahwa alam semesta mempunyai batasan atau merupakan ruang tiada bertepi. Tetapi, tak terlintas dalam benak mereka model jagatraya yang terus berkembang dinamis hingga abad ke-20 ketika Edwin Hubble, dengan teleskop, mempertunjukkan bahwa alam semesta mengembang. Teori pengembangan jagat raya pertama kali diajukan pada 1920-an. Sebelum al-Qur’an diturunkan, tak ada sumber lain yang telah memberikan pernyataan seperti itu!


SUMBER :

Taslaman, Caner. Miracle Of The Qur’an. Turki : Nettleberyy / Citlembik Publications, 2006.

Keajaiban Al-Qur’an mengungkap penemuan – penemuan Ilmiah Modern.

Halaman : 31-32